ANGGREK HITAM by: Nabilla Arswendita

bulan malam ini tertutup kabut.
aku masih berada di sebelah bejana biru menghitung jam.
tak perduliku dengan dinginnya malam ini.
namun tanpa selimut aku tetap bertahan.
tak sedikitpun aku merasa lelah,
menanti kehangatan yang mungkin datang bersama dewa dewi
sampai pucat ujung kakiku, membeku dan terus membeku.
aku memang mencintaimu, masa laluku.
namun kuharap juga bersamamu di masa depanku
aku masih tak mengerti mengapa air mata ini terus saja menari nari dimataku
kau bagaikan anggrek hitam, yang sulit kucari, sulit kutebak dan sulit kudapat
walau aku mencintai kelopakmu yang anggun,
namun aku membenci rasa itu.
dimana lagi harus ku cari anggrek hitam seindah itu,
bahkan aku taktau masih hidupkah bunga bunga itu.
adakah datang kau di dalam mimpiku?
untuk sekedar menghibur hati yang sedang bingung?
kuharap semua mengerti,
alasan dari keluh kesahku dan tangisku
percuma ku teteskan airmata ku pada akar anggrek hitam
karna rupanya aku bukanlah satu satunya sumber kehidupan
biarlah cinta ini tertancap dan berkarat di dadaku
agar aku mengerti bahwa menyesal itu lebih sakit dari berharap.